Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyadari bahwa mewujudkan “Indonesia Sehat” bukanlah tugas yang bisa diemban sendiri oleh sektor kesehatan. Kompleksitas masalah kesehatan membutuhkan pendekatan lintas sektor yang terpadu dan komprehensif. Oleh karena itu, IDI secara aktif menjalin kolaborasi dengan berbagai kementerian, lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), sektor swasta, hingga komunitas masyarakat.
Mengapa Kolaborasi Lintas Sektor Krusial?
Kolaborasi lintas sektor menjadi krusial karena:
- Akar Masalah Kesehatan yang Beragam: Banyak masalah kesehatan (misalnya stunting, penyakit tidak menular) berakar dari faktor-faktor di luar sektor kesehatan, seperti kemiskinan, pendidikan rendah, sanitasi buruk, atau kurangnya akses pangan bergizi. Penanganannya memerlukan intervensi dari sektor terkait.
- Sumber Daya Terbatas: Tidak ada satu pun sektor yang memiliki semua sumber daya (finansial, manusia, teknologi) untuk menyelesaikan seluruh masalah kesehatan. Kolaborasi memungkinkan pemanfaatan sumber daya yang lebih optimal.
- Efisiensi dan Efektivitas Program: Program kesehatan yang melibatkan berbagai pihak cenderung lebih efisien dan efektif karena dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dan mengatasi masalah dari berbagai sudut pandang.
- Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Melalui kolaborasi, pesan-pesan kesehatan dapat disebarkan lebih luas dan terintegrasi dengan program-program non-kesehatan, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
Bentuk Kolaborasi Lintas Sektor IDI
IDI menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dalam berbagai bentuk:
1. Dengan Kementerian dan Lembaga Pemerintah Lain
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Kolaborasi dalam program kesehatan sekolah, edukasi gizi bagi anak-anak, atau penyuluhan bahaya narkoba. IDI dapat memberikan masukan medis untuk kurikulum kesehatan atau menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan rutin di sekolah.
- Kementerian Sosial: Kerjasama dalam penanganan kesehatan kelompok rentan, seperti lansia, disabilitas, atau masyarakat miskin, termasuk penyediaan layanan kesehatan bergerak atau dukungan psikososial.
- Kementerian Pertanian/Kelautan dan Perikanan: Mendukung program ketahanan pangan dan gizi, misalnya dengan edukasi mengenai pangan bergizi, fortifikasi makanan, atau penanganan keamanan pangan. Ini relevan dalam isu seperti pencegahan stunting.
- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR): Berkontribusi dalam perencanaan infrastruktur yang mendukung kesehatan masyarakat, seperti akses air bersih, sanitasi layak, dan perumahan sehat.
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): Dalam kondisi darurat bencana, IDI aktif berkoordinasi untuk pengerahan tim medis, penyediaan fasilitas kesehatan darurat, dan penanganan korban.
- Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota): IDI Cabang dan Wilayah berkolaborasi erat dengan dinas kesehatan setempat dalam implementasi program-program kesehatan di tingkat lokal, termasuk imunisasi, penanganan wabah, hingga pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
2. Dengan Sektor Swasta dan Organisasi Non-Pemerintah (NGO)
- Industri Farmasi dan Alat Kesehatan: Dalam pengembangan riset, penyediaan akses obat-obatan esensial, serta inovasi teknologi medis. Namun, IDI tetap menjaga prinsip independensi profesi dalam kolaborasi ini.
- Perusahaan Makanan dan Minuman: Edukasi tentang gizi seimbang dan pentingnya konsumsi produk yang sehat, meskipun tetap kritis terhadap potensi konflik kepentingan.
- Organisasi Masyarakat Sipil/LSM: Kolaborasi dalam kampanye kesehatan, penyuluhan, atau bakti sosial di komunitas. Contohnya, IDI pernah berkolaborasi dengan Anak Bangsa Peduli untuk membantu kebutuhan tenaga kesehatan saat pandemi COVID-19.
- Yayasan dan Lembaga Amal: Menggalang dana atau menyelenggarakan program kesehatan bersama, terutama untuk daerah yang kurang terlayani.
- Perusahaan Consumer Goods (misalnya Hansaplast): Kolaborasi dalam program edukasi kesehatan dasar bagi masyarakat, seperti program “Anak Siaga Tanggap Rawat Luka” yang pernah dijalankan.
3. Dengan Institusi Pendidikan dan Penelitian
- Fakultas Kedokteran dan Institusi Pendidikan Lain: Pengembangan kurikulum kedokteran, riset kesehatan, dan program pengabdian masyarakat yang multidisiplin.
- Lembaga Penelitian: Bersama-sama melakukan studi epidemiologi, penelitian klinis, atau evaluasi program kesehatan untuk menghasilkan rekomendasi berbasis bukti.
Tantangan dan Harapan
Meskipun kolaborasi lintas sektor sangat penting, tantangan tetap ada, seperti koordinasi yang kompleks, perbedaan prioritas antar sektor, atau potensi konflik kepentingan. Namun, dengan komitmen dan sinergi yang kuat dari semua pihak, termasuk peran aktif IDI, target “Indonesia Sehat” yang lebih inklusif dan berkelanjutan akan semakin mudah tercapai.
Melalui berbagai inisiatif kolaboratif ini, IDI menunjukkan perannya tidak hanya sebagai penjaga profesi, tetapi juga sebagai fasilitator dan akselerator dalam upaya pembangunan kesehatan yang holistik di Indonesia.
Apakah Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang kolaborasi IDI dengan sektor tertentu?